Orang ahli ibadah yang mati su’ul
khatimah
Diriwayatkan dari mansur bin ammar
al-khurasani r.a. (wafat 225 H).
Aku punya teman akrab yang selalu
perhatian padaku di waktu suka maupun duka. Ia adalah orang yang aktif
beribadah, senang bertahajud di malam hari dan banyak menangis.
Pada suatu hari aku tidak bertemu
dengannya. Aku penasaran tentang keadaannya. Lalu aku mendengar bahwa ia sedang
sakit. Kemudian aku pergi ke rumahnya.
Sesampainya disana, kuketuk pintu. Tiba-tiba
putrinya yang keluar menemuiku.
“mau apa engkau datang kemari?”
tanyanya.
“katakan pada ayahmu, bahwa temannya
yang bernama mansur bin ammar ingin bertemu dengannya!” jawabku.
Dia pun masuk menemui ayahnya dan
tak lama kemudian ia kembali.
“masuklah!”.
Aku pun masuk, sesampainya di dalam,
aku melihat temanku sedang terbaring di tengah-tengah lantai tanah rumahnya. Kondisinya
berubah, wajahnya menghitam, kedua matanya membiru dan kedua bibirnya membeku. Aku
pun merasa khawatir akan kondisinya.
“wahai saudaraku! Perbanyaklah membaca
‘la ilaha illallah’!” kataku.
Lalu Ia membuka kedua matanya,
menatapku kemudian pingsan.
Setelah ia sadar, aku berkata lagi.
“wahai saudaraku! Perbanyaklah membaca ‘la ilaha illallah’!”
kataku.
Lalu Ia membuka kedua matanya,
menatapku kemudian pingsan lagi.
Aku berkata lagi untuk ketiga
kalinya.
“Perbanyaklah membaca ‘la ilaha illallah’! bila tidak, aku
tidak mau memandikan, memberi kafan, menshalati dan juga tidak akan menguburmu”.
Ia membuka kedua matanya seraya
menatapku.
“wahai saudaraku, wahai mansur! Itu adalah
kalimat yang terhalang bagiku, sehingga aku tidak dapat mengucapkannya.” Jawabnya.
“la haula wa la quwwata illa
billahil aliyyil adzim, wahai saudaraku! Kenapa engkau tak dapat
mengucapkannya, padahal engkau telah banyak melakukan ibadah shalat, puasa,
menangis dan berdoa?” tanyaku.
“hal itu semua aku lakukan bukan
karena allah, melainkan hanya ingin dilihat oleh masyarakat, ingin tenar dan
disebut sebagai orang ahli ibadah, akan tetapi bila aku menyendiri di dalam
rumah, pintu ku kunci, tirai ku turunkan, kemudian aku minum khamr dan
melakukan berbagai maksiat di hadapan tuhanku. Hal itu ku lakukan dalam waktu
yang sangat lama.
Kemudian penyakit ganas pun
menyerangku, sehingga aku hampir menemui ajalku. Kupanggil putriku agar membawakan
mushaf untuk kubaca, sampai pada surat yasin, aku mengangkat mushaf seraya
berdoa :
“Wahai tuhanku, demi haq surat yasin
yang mulia dan demi haq firmanmu yang qadim yang ada dalam mushaf ini, aku
mohon agar engkau memberi kesembuhan padaku dan menghilangkan penyakitku. Dan aku
berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan maksiatku padamu selama-lamanya”.
Setelah kejadian itu, aku pun sembuh
dan penyakitku hilang berkat karunia allah.
Ketika aku sudah sembuh dan kembali
sehat, aku mengulangi perbuatan-perbuatan maksiatku sebelumnya seperti
melakukan hal-hal yang tidak berguna, bermain-main dan bersenang-senang. Setan pun
membuatku lupa atas perjanjianku terhadap allah yang pernah aku janjikan
sewaktu aku sakit dan memohon kesembuhan.
Ku ulang hal tersebut berulang kali.
Akhirnya aku jatuh sakit lagi. Lalu aku menyuruh keluargaku agar meletakkanku
di tengah-tengah lantai rumah dan memberikanku mushaf untuk kubaca.
Setelah membacanya, aku berdoa :
“wahai tuhanku, demi haq alquran
yang agung, aku mohon agar engkau mau menyembuhkanku dan menghilangkan
penyakitku. Dan aku berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan maksiatku
selama-lamanya”.
Sekali lagu allah mengabulkan doaku.
Setelah aku sembuh aku pun
mengulangi perbuatanku lagi, sehingga ketika aku meminta mushaf lagi untuk
kubaca, ternyata aku tak melihat tulisan sama sekali walaupun satu huruf. Dari situlah
aku akhirnya mengerti bahwa allah sangat murka padaku. Kemudian aku memandang
ke langit seraya berdoa :
“wahai tuhanku, demi kemuliaan
mushaf ini, aku mohon agar engkau menyembuhkanku sekali lagi. Aku berjanji tak
akan mengulangi perbuatanku lagi, wahai allah yang maha pencipta langit dan
bumi”.
Ketika aku berdoa seperti itu,
tiba-tiba aku mendengar ada yang berkata menggunakan syair, namun aku tidak
dapat melihat seorangpun.
“Engkau bertaubat dari dosa-dosa
ketika engkau menderita sakit
Engkau mengulangi
dosa-dosa itu ketika engkau sembuh
Ketika ada bencana menimpamu, engkau
menangis
Alangkah keji
perbuatanmu ketika engkau telah sehat
Berapa kali allah menyelamatkanmu dari beberapa kesusahan
Dan berapa
kali allah menghilangkan bala’ yang menimpamu?
Tidakkkah engkau takut datangnya
kematian, wahai lelaki?
Sedangkan engkau
terus menerus melakukan kesalahan
Engkau melupakan anugerah yang maha
murah dan kasih sayang
Kau sama
sekali tidak merasa takut, juga tidak memahami
Sudah berapa kali engkau berjanji
dan merusaknya
Dan telah
kau lupakan semua kebaikan tuhan?”
Setelah mendengar semua perkataan
temanku ini, aku berdiri lalu keluar dari rumahnya. Kedua mataku terus menerus
mengeluarkan air mata.
Belum sampai di rumah, aku mendengar
bahwa ia telah meninggal. Aku mohon kepada allah agar dapat meninggal dengan
husnul khatimah, karena banyak sekali orang yang akan mati tertimpa malapetaka
(su’ul khatimah), padahal sebelumnya telah banyak melakukan ibadah shalat dan
puasa.
“la haula wa la quwwata illa
billahil aliyyil adzim, inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Ya allah! Aku mohon
perlindungan padamu dari malapetaka yang menimpa, murka dan siksamu, wahai
allah yang maha mulia dan maha pemurah”.
NB : ini adalah salah satu contoh bahaya amal ibadah yang tidak ikhlas karena allah.
NB : ini adalah salah satu contoh bahaya amal ibadah yang tidak ikhlas karena allah.
Komentar
Posting Komentar